Darah dibalas Darah
Genting atap
rumah berdenting
Rinai hujan
mengguyur kampung
Membasahi
pepohonan yang mematung
Bergesek
beradu dahan dengan ranting
Burung-burung
hitam melenguh
Bagai
nyanyian scream di tengah pekatnya
malam
Rintik hujan
bagai cucuran peluh
Yang menetes
di minggu yang kelam
Malam ini,
tepat seminggu kematiannya
Tergeletak
penuh bercak darah seminggu yang lalu
Tergeletak
tak bernyawa di hutan yang tenang
Sungguh marah
bapaknya
Melihat anak
semata wayangnya, tergeletak semaput ketika ditemukan
Lantas nafas
terkahir terhembus ketika ditandu ke desa
Begitu
memuncak amarah bapaknya
Ketika ia
tahu siapa pelakunya
Meretaslah
emosinya
Ia berlari
gontai dengan parang di tangannya
Menerobos
rinai hujan yang cukup deras
Menuju
dalangnya semua masalah
Bertemulah
bapak dengan dalangnya
Muka biru
kedinginan bapak
Seketika
berubah
Menjadi
merah padam penuh amarah
Saat hujan
yang mengguyur lebih deras
Saat kilat
dan petir menyalak bergiliran
Dan saat
yang lain masih terlelap dalam tidurnya
Terdengar
suara tegas mengerikan
“SPLASH!!”
Puaslah
Bapak
Darah telah
dibalas darah
Balasan yang
pantas atas kematian anaknya
Amarah yang
memuncak mereda
Berganti
menjadi rasa bersalah yang tersisa
Lenguhan
burung hitam terdengar lebih nyaring
Bersatu
dengan kerongkongan yang kering
Hujan sudah
mereda
Begitu juga
dengan amarah Bapak
Namun
nyanyian scream di pekatnya malam
masih terdengar
Jantung
bapak berdebar
Seraya menyesal
dalam hati
Lalu mencoba
mengendalikan diri
Derapan kaki
terdengar
Seketika suara
timah panas termuntahkan dari larasnya terdengar
Amat nyaring
dalam ruangan itu
Melesat
berratus-ratus kilometer per jam
Tepat
mengenai dada kiri bapak
Sepersekian
detik kemudian
Tubuh Bapak
Roboh
Menghantam
lantai keramik licin
Berkabunglah
seluruh desa
Lenguhan
burung hitam tak bersua
Bersatu
dengan kesedihan yang terasa
Lantas tetap
tak bertemu jua
0 komentar:
Posting Komentar