Jumat, 21 September 2012

Cerpen : Andra dan Andre (Bagian-1)


Karya Alfa Yuditya Nugraha

“Pak Ari, sudah dengar belum. Kata orang-orang, kemarin Andra dan Andre itu diculik!” ujar Hansip kepada pak Ari. “Ah, masa? Orang kemarin waktu saya pulang dari kantor, saya berpapasan dengan mereka” Pak Ari menjawab tidak percaya. “Benar pak. Tapi, untungnya mereka berdua bisa lolos dari penculiknya. Malah denger-denger, kalo mereka berdua gak lolos, mereka berdua mau dijual ke luar negeri”. “Ih.. serem ya, tujuan penculikan jaman sekarang. Gak kayak dulu, dulu mah culik, terus minta tebusan doang. Sekarang mah sampe dijual gitu” ujar pak Ari sambil bergidik. “Tapi hebat pak, katanya keduanya meloloskan degan cara yang berbeda. Yang nakal katanya langsung gulet sama penculiknya. Nah yang pendiemnya katanya pake taktik jebakan buat ngelabuin penculik satunya”. “Wah, hebat ya.. Yang satu ngandelin Otot, yanng satu lagi ngandelin otak. Emang hebat kedua anak itu. Walaupun si Andra kadang-kadang nyebelin”.


Memang, dua anak kembar laki-laki dari keluarga Pak Boni dan Ibu Frea ini sifatnya berbeda hampir seratus delapan puluh derajat. Si Andra, nakalnya minta ampun, pemberani, nekat. Ia sudah kebas dengan omelan Ibunya ketika ia membantah atau hendak melakukan hal nekat. Yang satunya yaitu Andre, sifatnya berbeda dengan Andra. Walaupun mereka diibaratkan bak pinang dibelah dua, namun sifatnya bagai Langit dan Bumi. Berbeda jauh. Walaupun keduanya sama-sama pintar. Tetapi si Andre ini sifatnya pendiam, penakut, dan penurut. Si Andra lebih sering menggunakan emosi, kenekatan, dan keberaniannya dalam menghadapi suatu masalah. Tetapi berbeda dengan Andre, ia lebih menggunaan akalnya. Berfikir dua kali sebelum mengambil keputusan dalam menghadapi masalah.
Walaupun si Andra bandel dan susah diatur, ia tetap menyangi kedua orang tuanya. Begitu juga adiknya, Andre ( Andra yang lahir lebih dulu ). Ia tak segan-segan memukuli siapa saja yang berani macam-macam dengan Andre. Sekalipun itu kakak kelasnya di SMP. Tak ada yang ditakuti oleh Andra, kecuali Tuhan, dan Orang Tua. Sesekali Andre menahan agar kakaknya memaafkan kelakuan teman Andre yang memukulinya karena tidak mau memberikan uang jajan. Namun emosi Andra besar, ia tak gentar melangkah menuju gerombolan kakak kelas di pojok kantin. Lantas berteriak siapa yang memukuli Andre. Mengancam kalau tak ada yang mengaku. Baginya, luka lebam di balas lebam.
Ia sudah bosan dipanggil ke ruang BK. Dimarahi, diceramahi, dinasehati, ia sudah kebas dengan semua itu. Semua guru tahu, bahwa Andra adalah anak yang cerdas. Tetapi, ia tak bisa mengontrol emosinya. Pak Boni dan Bu Frea juga sudah berkali-kali dipanggil kepalas sekolah tentang pertengkaran Andra. Pak Boni hanya bisa meminta maaf atas kelakuan Andra. Ia tak mungkin bisa merubah sifatnya yang keras kepala, susah dinasehati. Dipindahkan di pesantren? Itu ide yang bagus. Namun Andra tetap bersikeras untuk tetap bersekolah di SMP itu. Ia tak mau meninggalkan sekolah itu. Terutama karena Andre. Ia berfikir bawa jika ia pindah sekolah dari SMP itu, tak ada lagi yang bisa melindungi Andre. Bapak dan Ibu Guru di sekolah juga sudah berjanji akan menjaga Andre dari kakak kelas yang kejam itu. Namun, Andra tak gentar. Jawabannya selalu sama, “Andra gak mau dipindahkan ke sekolah manapun, kecuali Andre ikut!”.
Walaupun sudah sering ia diberi surat peringatan Drop Out dari sekolah. Namun apa daya, sekolah taak bisa melepas Andra. Ia anak yang berprestasi. Pernah waktu itu, ketika Andra di Drop Out  oleh kepala sekolah. Sehari setelah itu, pihak sekolah datang ke rumah Andra untuk meminta ia bersekolah kembali. Minggu depan ada Olimpiade Sains. Tak murid lain yang mampu menghadapi Olimpiade Itu. Bukan karena semua murid di SMP itu bodoh. Tetapi, mental mereka tak kuat. Mereka tak kuat saat duduk bersamaan dengan anak-anak dari sekolah lain yang mereka anggap lebih pintar. Padahal, belum tentu mereka lebih pintar, bisa saja mereka  lebih bodoh. Hanya Andra yang berani.
Ia terlihat lebih santai ketika sedang mengerjakan soal Olimpiade Fisika yang setahun lalu ia ikuti. Persis di saat yang sama, namun di kelas yang berbeda, teman-temannya yang mengikuti Olimpiade di bidang lain, sedang stress berat. Keringat dingin keluar, grogi.
Andre juga pintar, namun ia sama dengan murid-murid yang lain. Gerogi. Ia lebih sering diikutkan di lonba-lomba seni. Seperti, membaca puisi, menyanyi, bermain musik, dan lain-lain yang berhubungan dengan seni.
Begitu juga dengan kejadian hari minggu kemarin. Saat minggu sore, Andra dan Andre sedang berjalan menuju warung. Jarak antara warung dengan rumah mereka dekat. Jadi tak perlu mereka membawa sepeda atau motor, apalagi mobil. Siang ini, suasana kompleks lengang, sepi. Maklumlah, hari pertama liburan semester. Kebanyakan warga mudik ke kampung halaman, atau hanya pergi refreshing sebentar, lantas pulang kembali.
 Pak Boni dan Bu Frea memutuskan untuk mudik pada hari ke empat. Perjalanan dari Cianjur ke Medan memerlukan waktu yang cukup lama.  Pak Boni masih sibuk berkutat dengan angka-angka di bank tempatnya bekerja. Bertahan dengan regulasi yang ada. Pegawai bank tidak libur selama liburan. Maka, Pak Boni memutuskan untuk mengambil cuti satu minggu. Cuti itu dimulai di hari Rabu. Jadi, masih ada waktu tiga hari bagi Andra dan Andre untuk bermain di kompleks ini. Tapi apadaya, semua teman Andra dan Andre sudah pergi mudik duluan. Tak ada yang bisa diajak bermain. Jadi saja mereka berdua memutuskan untuk pergi jajan sebentar. Andra merasa penat setelah berkutat dengan buku-buku hitung menghitung tingkat SMP. Matematika. Pak Boni Ayah mereka menyuruh mereka rajin berlatih menghitung, supaya kelak jika mereka besar bisa menjadi Pegawai Bank seperti Ayah Mereka. 

Bersambung....

1 komentar: