Minggu, 23 September 2012

Cerpen : Andra dan Andre (Bagian-3)


Sambungan dari bagian ke-2
Karya Alfa Yuditya  Nugraha    
Di lapangan yang tadi mereka lewati, ada beberapa anak setara SMA sedang bermain basket. Andra kenal dengan salah satunya. Anak itu melambaikan tangannya ke Andra. Andra membalasnya dengan anggukan dan senyuman tipis. Ia sudah tak sabar dengan minuman mangga yang diinginkannya.
Mereka berdua berlari. Sebenarnya hanya Andre yang sungguhan berlari. Andra hanya berlari kecil. Kadang jalan cepat. Mereka berdua sudah melewati pos hansip kembali. Hansipnya masih tertidur pulas dengan suara berisik radionya yang lupa dimatikan.
Rumah mereka sudah terlihat di ujung jalan. Rumahnya sederhana, luas. Namun tak bertingkat. Namun, ada yang menghentikan langkah Andra saat tinggal beberapa langkah lagi dari rumah. Menatap takzim ke atas pepohonan magga milik Bu Siti. Andre yang sedari tadi ditinggal oleh Andra baru menyusul. Terengah-engah.
“Ndre, lihat itu!” ujar Andra sambil menunjuk ke atas pohon.
“Lihat Apa?” Andre menatap bingung, sambil berusaha mengatur napasnya yang tersengal. “Itu tuh! Mangganya sudah mateng-mateng!”. “Oh, itu. Emang udah banyak yang mateng. Bu Siti kan selalu menjaga dan merawat pohon mangga yang lumayan besar ini Ndra. Emang kamu mau ngapain? Nyolong?”. “Sembarangan! gua gak nyolong.  Cuma ingin meminta satu. Lu mau gak? Kalau lu mau, nanti gua ambilin satu” ujar Andra smabil menatap buah mangga yang paling matang.
“Aku nggak mau ah. Itu kan punya Bu Siti. Kasian kalau kita ambil. Bu Siti yang ngerawat tiap hari, malah diambil sama kita”. “Makannya kita minta ijin dulu”. “Ijin ke sapa? Bu Siti sudah mudik kemarin”. “Gampang, gini caranya. Bu Siti... Minta mangganya ya...?? Boleh nggak??” teriak Andra ke rumah Bu Siti. “Boleh..” Andra lagsung cepat-cepat merubah karakter suaranya menjadi seorang ibu-ibu.
Andre hanya menggerutu, kesal dengan kelakuan saudara kembarnya. Andra dengan penuh semangat memanjat satu demi satu per satu dahan pohon mangga yang kuat. Hingga akhirnya ia sampai di dahan yang di atasnya tergantung beberapa mangga yang ranum. Ia memetik dengan hati-hati satu mangga yang paling ranum diantara mangga yang lainnya. Lalu, ia menoleh ke bawah. “Andre.. lu bener gak mau..?? Mangganya udah pada mateng loh..???” teriak Andra menggoda. “Nggak ah! Buat kamu aja....!”. “Yasudah..” desis Andra sambil berpegangan ke dahan yang lebh rendah untuk turun.
Namun, saat kaki Andra ingin berpijak di salah satu dahan yang lumayan besar. Kakinya terpeleset. Dengan sigap, tangannya menggenggam satu dahan yang paling kuat di atas. Jadilah Andra bergelantungan bak simpanse di pohon mangga itu. “Plung...” beberapa mangga muda yang jatuh akibat guncangan Andra tercebur ke selokan di bawah.
Suara berisik tadi cukup untuk membangunkan Hansip yang semenjak pagi tadi hanya tidur. Hansip itu terkaget. Ia langsung beranjak dari pos rondanya sambil mengucek-gucek matanya. Belum sempat ia berjalan, Hansip itu melihat Andre sedang berdiri sambil menatap ke atas di depan rumah Bu Siti. Hansip itu mengamati lamat-lamat. Tiba-tiba, ada suara berisik gesekan dedaunan. Dan Andra terlihat meloncat dari pohon mangga itu sambil menggenggam satu buah mangga di tangannya. “Hah, ternyata cuman bocah! Dikira ada maling!” dengus maling itu. Ia masih setengah sadar, nyawanya belum terkumpul sejak ia bangun tadi. Padahal jelas-jelas Bocah yang mengambil mangga tanpa ijin itu adalah maling bukan?
Tanpa perasaan khawatir, Hansip itu kembali merebahkan tubuhnya di tikar yang digelar di pos ronda. Dalam hitungan detik, ia sudah tertidur kembali.
Andra yang sudah berhasil mendapatkan mangga yang paling ranum itu tersenyum penuh kemenangan. “Harusnya kau merasa berdosa Ndra telah mecuri mangga orang” desis Andre sambil menendang botol air mineral.”Mencuri?? gua udah minta ijin kan?” ujar Andra sambil matanya terus memperhatikan mangga yang digenggamnya. “Tadi kan cuma akal-akalanmu saja.”. “Ndre, lagipula, gua kan bisa ijin setelah orangnya pulang”. “Ah sudahlah terserah kamu!”.
Andra dan Andre  sudah masuk di halaman depan rumah mereka. Andra langsung melempar sandal sembarangan, lantas lari ke dapur mengambil pisau. Andre dengan rapih melepas dan menyusun sandalnya. Duduk lesehan di teras rumah. Beberapa detik kemudian, Andra keluar dari dalam rumah dengan piasu tajam dan pring di tangannya. Lalu duduk di sebelah Andre.
Andra mengupas buah mangga yang ada di tangannya. Satu potong masuk ke mulutnya. Sesekali ia bergumam “Hmmm... Lezat” untuk menggoda Andre. Yang digoda hanya cuek tidak memperhatikan. Sedari tadi Andre sedang berkutat dengan smartphonenya. Membalas beberapa pesan singkat dari temannya. “Bener nih ngga mau? Tinggal sepotong nih” Andra lebih giat menggoda Andre. Andre yang masih sibuk dengan telepon genggamnya tersentak. “Eh, nggak. Kan dari tadi aku udah bilang gak mau..!” Andre sedikit membentak, lalu kembali memandang ke layar 4.7 inci smartphonenya. “Ya sudah..” dengus Andra sambil memasukkan potongan terakhir ke mulutnya. “Hmmm.. kenyang..” ujar Andre sambil mengusap-usap perutnya.
“Udah makannya?” Andre bertanya sebal. “Udah donk” jawab Andra sambil mengusap-usap sisa mangga di sekitar mulutnya. “Kalo udah, anterin aku ke minimart depan dong!”. “Lu bisa naik motor sendiri kan? Sendiri aja”. “Kalo motor bebk punya Ayah bisa. Tapi kan motornya lagi di bawa. Tinggal motor ninjanya paman. Aku ga bisa makenya”. “Hah, makannya belajar. Yaudah aku anterin” dengus Andra sambil membawa piring dan pisau yang tadi ia bawa ke dapur.
Tak lama kemudian, Andra sudah kembali dengan kunci motor Ninja milik paman. Om Ramon, paman mereka adalah seorang pemilik toko otomotif. Walaupun 


Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar