Rabu, 26 September 2012

Cerpen : Andra dan Andre (Bagian-4)


Sambungan dari Bagian ke-3
Alfa Yuditya Nugraha

tokonya tidak besar, tapi sudah tersebar cabang di beberapa daerah. Nah, salah satu dari hasil jerih Om Ramon adalah Motor Ninja 250 cc. Om Ramon sedang mengikuti tur moge atau motor gede dengan Harley Davidsonnya ke Surabaya. Jadi motor Ninjanya dititipkan di rumah Pak Boni.

Beberapa menit kemudian, Andra sudah keluar dengan Ninja 250 cc dari garasi. “Ayo cepat!”. Tanpa ba bi bu, Andre langsung naik. Ninja 250 cc itu langsung melesat di jalanan kompleks yang lengang. Terkadang mengerem di tikungan. Mereka berdua suda keluar dari kompleks. Berbelok ke minimarket di sebelah kiri kompleks. “Ngiiiikk.!” Ninja 250 cc itu berhenti sempurna di depan minimarket. Andre langsung sigap turun. Mengeluarkan selembar dua puluh ribuan dari saku celananya. “Kamu mau gak Ndra?” Andre menoleh ke arah Andra yang masih di atas motor. “Nggak ah, gua udah kenyang”.
Andre membuka pintu minimarket itu. Sapaan senyum pegawai minimarket menyambut kedatangan Andre. Minimarket tak penuh seperti biasanya. Sepi. Hanya terlihat beberapa pengunjung. Andre langsung mengambil dua botol minuman Jeruk dari dalam lemari pendingin. Lantas berjalan ke kasir. Dengan cepat penjaga kasir itu menghitung harga minuman jeruk yang dibeli Andre. “Sepuluh ribu” ujar penjaga kasir itu dengan ramah. Andre menyerahkan selembar dua puluh ribuan yang tadi digenggamnya. Penjaga kasir itu buru-buru mengambil kembalian selembar sepuluh ribuan. Lalu menyerahkannya beserta plastik berisi dua botol minuman jeruk itu kepada Andre.
Senyuman ramah pegawai yang tadi mengiringi kepergian Andre dari minimarket. Memang di minimarket ini, penjaganya ramah-ramah. Tak lelah walau banyak pengunjung yang keluar masuk di minimarket itu. Mungkin memang itulah pekerjaanya.
Andre keluar dari minimarket dengan menenteng plastik berisi du abotol minuman jeruk. Andra yang sedari tadi menunggu, terlihat sedang duduk mengotak-atik smartphonenya di bawah pohon. “Ayo Ndra”. Andra langsung memasukan smartphonenya ke dalam saku celana. Lalu merogoh kunci dari saku celananya yang lain. Andra menstater Ninja 250 cc itu. Deruman keras segera terdengar. Meraung keluar dari kanlpot besarnya. Andre buru-buru naik di jok belakang. Takut tertinggal Andra yang kelihatannya sudah siap-siap tancap gas.
Benar saja, dua detik setelah Andre naik, Andra langsung memutar gas. Melesat meninggalkan minimarket itu. “Ndre, tadi kita diajak sama Rio. Katanya  maen futsal di lapangan futsal dekat rumahnya. Kita langsung kesana aja ya?”. “Yaudah” Andre hanya menjawab pelan. Tiga ratus tiga puluh mili liter minuman jeruk segar sudah mengaliri tenggorokannya. Langsung habis. Lantas dilempar ke tempt sampah terdekt di pingir jalan. Lemparannya tepat, botol itu masuk ke tempat sampah yang berlabelkan “Non Organik”. “Emang kamu udah ijin sama mamah?” tanya Andre smabil memasukan botol kedua ke dalam plastik. Untuk bekal sehabis bermain futsal. “Udah, tadi gua telfon mamah. Katanya boleh, tapi jangan pulang sore-sore” jawab Andra tanpa menoleh ke arah Andre. Tetap konsentrasi memperhatikan jalanan lengang di depannya.
Lapangan futsal beratap asbes itu sudah terlihat menjulang di ujung jalan. Terlihat beberapa anak sudah menunggu disana. Ninja 250 cc itu parkir di tempat parkiran motor. Mereka berdua turun. Menyalami Rio dan teman-temannya. “Berapa-berapa pemainnya io?” tanya Andra. “Gini, gua dan dua temen gua yang ini se tim ama lo. Nah yang lima ini lawan kita. Gimana?” Rio menjawab sambil menunjuk teman-temannya. “Oke”.
Mereka langsung masuk ke lapangan futsal. Andra dan Andre tidak membawa sepatu. Bermain futsal nyeker  tak masalah kan? Kemampuan Andra dan Andre hebat, jadi tanpa sepatupun mereka bisa bermain hebat. “Prittt...” Rio menirukan suara peluit. Menandakan pertandingan di mulai. Tendangan kick off dari lawan tak mamu menjebol gawang yang dijag ketat oleh Rio. Rio memang kiper handal. Ia selalu diandalkan untuk menjadi kiper tim di SMP.
Rio mengoper bola kepada Andre. Dengan kelihaianya mendribel bola, Andre bisa melewati satu pemain yang badannya jauh lebih besar darinya. Lantas mengoper ke pemain lain. Ia menggiring bola sampai ke daerah samping  kotak pinalti lawan. Lalu melakukan crossing pendek. Andra yang sedari tadi telah sigap menunggu umpan lambung langsung menyambar umpan crossing. Satu tandukan mampu menjebol pertahanan lawan. “Goooolll...!!!” Andra bersorak. Andre, Rio, dan teman setim yang lain mengerubungi. Pertandingan baru berjalan dua menit. Namun Andra sudah mampu menjebol pertahanan Lawan. Skor 1 – 0 untuk tim Andra dan Andre.
Setengah jam berlalu. Skor sudah bertambah menjadi, 8 – 1. Tim Andra lebih Unggul dari tim lawan. Namun Andre, meminta waktu istirahat. Lima menit untuk beristirahat. Yang lain tetap berada di lapangan. Andre keluar dari lapangan, mengambil satu botol minuman jeruknya yang digantung di motor.
Saat Andre mengambil botol tersebut. Terlihat dua orang yang mencurigakan. Mereka melongok-longok dari balik pohon besar di depan lapangan. Keduanya terlihat berperawakan besar. Sebenarnya Andre masih penasaran dengan kedua orang itu. Ia ingin memperhatikan setiap gerak-geriknya. Barangkali ia maling atau otak kriminal lain. Namun teriakan Andra menunda rencananya. “Ndre, ayo cepat. Tanggung tinggal setengah jam lagi!”. “Iya, iya” Andre cepat-cepat berlari ke lapangan setelah menenggak habis minuman jeruknya.
Pertandingan kembali dimuali. Anggap saja lima menit tadi Break Time, dan sekarang babak kedua. Andra menggiring bola. Menabrak siapa saja yang menghalanginya menggiring bola. Satu terjengkang ke belakang, satu lagi jatuh terduduk, dan dua lagi menghindar. Kini tinggal Andra berhadapan langsung dengan 

Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar